Berkunjung ke Pulau Dewata, Anda pasti tak asing dengan kuliner yang satu ini. Populer sebagai sarapan pagi yang praktis, Nasi Jinggo memiliki tempat tersendiri dihati wisatawan. Mudah ditemui disekitar tempat menginap, menjadi ciri khasnya. Putera Mentari Rent Car akan membahas asal usul serta hal-hal menarik berkaitan dengan kuliner khas Bali yang satu ini.

Sejarah dan Asal Usul

Nasi Jinggo adalah salah satu kuliner khas Bali yang terkenal dengan porsi kecil namun kaya akan cita rasa. Asal usul nama “Jinggo” sendiri konon berasal dari bahasa Hokkien, yaitu jeng go yang berarti seribu lima ratus. Dahulu, pada tahun 1990-an, harga satu porsi Nasi Jinggo memang hanya Rp1.500, sehingga nama tersebut disematkan hingga sekarang.

Awalnya, Nasi Jinggo dijual oleh pedagang kaki lima di sekitar Kota Denpasar dan Kuta. Popularitasnya terus meningkat, sehingga kini dapat ditemukan di berbagai sudut Bali, mulai dari pasar tradisional hingga acara-acara adat.

Ciri Khas Nasi Jinggo

Yang membuat Nasi Jinggo unik adalah porsinya yang mungil. Satu bungkus Nasi Jinggo biasanya terdiri dari nasi putih atau nasi kuning dengan lauk sederhana yang disajikan dalam balutan daun pisang. Umumnya, lauk yang disajikan berupa suwiran ayam, sambal pedas, serundeng, dan mie goreng. Meskipun porsinya kecil, rasa pedas dan gurihnya sangat khas dan mampu memanjakan lidah.

Kelezatan Nasi Jinggo juga ditentukan oleh sambalnya. Sambal khas Bali yang digunakan memiliki rasa pedas yang cukup kuat, seolah menjadi ciri khas yang tidak bisa ditinggalkan. Bagi masyarakat lokal, rasa pedas ini justru menjadi daya tarik tersendiri.

Bahan dan Cara Penyajian

Berikut adalah bahan utama dalam satu porsi Nasi Jinggo:

  • Nasi putih atau nasi kuning
  • Ayam suwir berbumbu
  • Mie goreng
  • Serundeng kelapa
  • Sambal Bali

Proses penyajiannya cukup sederhana namun memerlukan ketelitian. Nasi yang sudah matang diletakkan di atas daun pisang. Kemudian, lauk-pauk disusun di atas nasi, dan sambal disertakan di sampingnya. Setelah itu, daun pisang dilipat rapi sehingga mudah dibawa dan dinikmati kapan saja.

Budaya dan Filosofi di Balik Nasi Jinggo

Nasi Jinggo tidak hanya sekadar makanan murah dan praktis, tetapi juga memiliki nilai budaya tersendiri. Di Bali, nasi bungkus kecil ini sering kali dijadikan hidangan dalam berbagai acara, seperti upacara adat, pertemuan keluarga, dan perayaan tertentu. Filosofi di balik porsinya yang kecil melambangkan kesederhanaan dan kebersamaan. Orang yang makan Nasi Jinggo biasanya berkumpul dalam suasana santai dan penuh keakraban.

Popularitas dan Inovasi

Seiring berjalannya waktu, popularitas Nasi Jinggo tidak pernah pudar. Bahkan, banyak inovasi yang bermunculan, seperti Nasi Jinggo dengan lauk daging sapi, ikan, dan bahkan versi vegetarian. Restoran modern di Bali pun mulai memasukkan Nasi Jinggo ke dalam menu mereka dengan tampilan yang lebih elegan, namun tetap mempertahankan cita rasa aslinya.

Di tengah persaingan kuliner modern, Nasi Jinggo tetap bertahan sebagai ikon kuliner Bali yang merakyat. Porsinya yang kecil, harga yang terjangkau, dan cita rasa autentik menjadikannya pilihan favorit baik bagi warga lokal maupun wisatawan.

Menikmati Kuliner Khas Bali Bersama Sewa Mobil Surabaya

Nasi Jinggo adalah bukti bahwa sesuatu yang sederhana dapat memiliki makna dan kelezatan yang mendalam. Dalam setiap bungkus kecilnya, tersimpan filosofi, budaya, dan rasa yang tidak tergantikan. Bagi Anda yang berkunjung ke Bali, mencicipi Nasi Jinggo adalah sebuah keharusan untuk merasakan kehangatan dan kekayaan kuliner Bali dalam selembar daun pisang.

Berkeliling Bali dengan nyaman perlu ditunjang dengan sarana transportasi yang istimewa. Sewa mobil Putera Mentari siap mengantar Anda, dengan armada yang terbaik dan driver berpengalaman. Silahkan hubungi marketing kami, melalui WhatsApp dan telepon, dinomer 0821 2248 2134.